Bapa Uskup Mgr. Maksimus Regus: Sinodalitas dan Pelayanan dengan Hati

advanced divider

LABUAN BAJO, PAROKIWAESAMBI.ORG — Pada Rabu (5/2/2025) pukul 09.30 WITA, dilangsungkan pertemuan persaudaraan bagi para pastor paroki, vikaris parokial, biarawan, dan biarawati se-Kevikepan Labuan Bajo bersama Bapa Uskup Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, di Aula Pastoran Paroki Katedral Labuan Bajo.

Hadir juga dalam pertemuan tersebut RD. Richardus Manggu (Vikjen Keuskupan Labuan Bajo), RD. Fransiskus Nala (Sekjen Keuskupan Labuan Bajo), juga RD. Yuvens Rugi (Vikaris Episkopal Labuan Bajo).

Membuka pertemuan tersebut, Vikaris Episkopal Labuan Bajo, RD. Yuvens Rugi, menyampaikan tujuan diadakan pertemuan tersebut. “Pertemuan kita hari ini bertujuan untuk berbagi kisah karya pelayanan para suster, bruder, dan para imam dalam bidang karya kita masing-masing yang kita ramu dalam nuansa persaudaraan,” ujarnya.

Bapa Uskup sedang memberikan INPUT

Selanjutnya, Mgr. Maksimus Regus menyampaikan bahwa pertemuan ini merupakan ruang alternatif untuk saling mengenal lebih intens antara kita, yang diharapkan dapat memberikan benefit bagi karya pastoral di Keuskupan Labuan Bajo.

Beliau mengingatkan bahwa dalam Sidang Post Natal 13-16 Januari 2025, telah disepakati tekad untuk berjalan bersama dengan semangat sinodalitas dalam menghadapi aneka peluang dan tantangan, serta aneka harapan dalam karya pastoral Gereja lokal Keuskupan Labuan Bajo. “Tekad kita untuk berjalan bersama diwarnai oleh berbagai macam harapan, baik lokal maupun nasional, untuk keuskupan kita ini,” kata Bapa Uskup.

Soliditas dan Solidaritas dalam Sinodalitas
Bapa Uskup Mgr. Maksimus menyoroti dua hal penting dalam sinodalitas, yaitu soliditas dan solidaritas. Beliau menekankan bahwa Gereja yang sinodal hanya terwujud jika para imam dan biarawan/wati mampu merawat komunikasi persaudaraan, dan bukan sekadar merawat komunikasi yang bersifat administratif.

Pelayanan dengan Hati dan Tantangan Pastoral
Lebih dalam lagi, Bapa Uskup mengajak para imam dan biarawan/wati untuk melayani dengan hati. Sebuah pelayanan yang harus lebih kuat daripada sekadar menjalankan program tertulis agar terciptanya keberakaran pastoral. “Pastoral harus berakar dalam diri umat. Kedekatan kita dengan umat mesti menciptakan keberakaran pastoral,” tambahnya.

P. Peter Tukan, SDB (Ketua FKKR Labuan Bajo) sedang sharing

Bapa Uskup juga mengajak biara-biara untuk membagikan kekayaan spiritualitas masing-masing dalam pelayanan untuk menumbuhkan dan mengembangkan karya pastoral di keuskupan, secara khusus pastoral di kota Labuan Bajo dengan kompleksitas persoalannya dalam bidang turisme, ketenagakerjaan, dan ekologi.

Tiga Pesan Persaudaraan
Guna merawat persaudaraan, Bapa Uskup Labuan Bajo menggarisbawahi tiga hal penting, yaitu, Pertama, Kesetiaan pada panggilan dan pelayanan: bukan hanya dengan semangat bertahan, tetapi juga semangat untuk bertumbuh. Kedua, Kebersamaan dalam hidup fraternal: membudaya dalam sikap saling mendukung, menyembuhkan, dan menguatkan. Ketiga, Bersukacita dalam hidup dan pelayanan: sukacita adalah nilai konstan dalam hidup kita. Jangan lupa untuk bahagia.

Kegiatan ekologis FKKR Labuan Bajo di Paroki Reweng

Apresiasi
Bapa Uskup mengapresiasi kegiatan dan gerakan ekologi yang dilakukan oleh Forum Komunikasi Kongregasi Religius (FKKR) Labuan Bajo dalam kebersamaan dengan umat di Paroki St. Yosef Reweng dan Pemerintah Desa Munting pada Sabtu (1/2/2025) yang diharapkan juga menyentuh dimensi-dimensi pelayanan yang lain.

Bapa Uskup sedang mengantri saat mengambil makanan

Pertemuan ini diisi dengan aneka sharing dan diskusi, serta ditutup dengan santap siang bersama.

(Sekretariat Paroki Wae Sambi)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait