Pembaruan Janji Imamat Para Imam, Uskup Labuan Bajo Tegaskan Pengurapan Bukan Untuk Kemegahan Duniawi

advanced divider
Perayaan Ekrasiti Pemberkatan Minyak dan Pembaruan Janji Imamat Para Imam. (Foto : Ferdy Jemaun)

Labuan Bajo, MBSBNews,- Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, memberi penegasan kepada para imam yang berkarya di wilayah Keuskupan Labuan Bajo, bahwa pengurapan yang telah diterima, bukan untuk kemegahan duniawi, melainkan untuk menghayati panggilan imamat.

Penegasan itu disampaikan Uskup Mgr. Maksimus saat Homili pada perayaan ekaristi pemberkatan minyak dan pembaruan janji imamat para imam, yang berlangsung di Gereja Paroki Katedral Roh Kudus, Labuan Bajo, Kamis (10/04/2025).

“Kita semua telah menerima pengurapan. Pengurapan itu diterima bukan untuk kemegahan duniawi, melainkan untuk menghayati kesetiaan yang tumbuh dari dalam hati,” jelas Mgr. Maksi.

Para Imam saat foto bersama Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus setelah perayaan ekaristi. (Foto : Ferdy Jemaun)
Para Imam saat foto bersama Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus setelah perayaan ekaristi. (Foto : Ferdy Jemaun)

Karena itu, lanjutnya, walaupun pengurapan itu hal yang ekslusif, tetapi pengurapan itu bukan privilege eksklusif bagi seorang imam. Sifat pengurapan itu adalah tanda rahmat Tuhan yang tidak akan berakhir dalam kehidupan seorang imam dan juga di dalam pelayanannya.

Menurut Uskup Mgr. Maksi, meskipun pengurapan itu memiliki karakter personal dan pribadi bagi seorang imam, pengurapan itu selalu berhubungan dengan dimensi perutusan.

Terkait dimensi perutusan ini, Uskup Mgr. Maksi menekankan bahwa para imam diutus bukan untuk duduk nyaman di pusat, tetapi untuk hadir di pinggiran, melayani umat yang merindukan.

“Duduk nyaman di pusat ini banyak maknanya. Bisa definisikan sendiri. Bisa pusat geografis, tetapi juga bisa pesan terkait kenyamanan dan sebagainya,” jelas Uskup Mgr. Maksi.

Dimensi perutusan,  lanjut Mgr. Maksi, wujudnya bisa naik turun bukit menyambangi stasi, dimana umat menanti, bukan hanya menanti roti ekaristi tetapi juga roti persaudaraan, sapaan penghiburan melalui kehadiran seorang pastor.

Uskup Mgr. Maksi juga mengingatkan para imam untuk tidak  memamerkan kemampuan diri, tanpa merasakan suka dan duka bersama umat.

“Pelayanan sejati itu bukanlah aksi pamer kemampuan. Bukan aksi pertunjukan kemuliaan diri. Kehidupan imamat kita para imam, bukan sebuah bentangan karpet merah, yang menggoda kita dalam glorifikasi status kita. Tetapi ini adalah jalan setapak yang penuh debu, penuh keheningan dan kesunyian. Kesetiaan imamat kita harus kita jalankan,” ujarnya.

Melalui Homili ini, Uskup Mgr. Maksi juga memberi pesan kepada para Imam agar dalam pelayananya di berbagai tempat, dapat meninggalkan jejak-jejak keberhasilan.

“Patokan pelayanan perutusan, harus ada tugu-tugu keberhasilan.  Jadi, kalau kita pindah dari paroki yang satu ke paroki yang lain, sudah ada tugu yang kita tinggalkan, apakah itu dalam bentuk fisik gereja atau dalam bentuk yang lain,” jelasnya.

Perayaan ekaristi pemberkatan minyak dan pembaruan janji imamat para imam, ini disatukan dengan syukur perak Imamat RD. Ferdinandus Mayus, RD. Emilianus Jehadus, RP. Yeremias Beri, SVD, dan RP. Agustinus Naba, SVD serta syukur pancawindu Imamat dari RD. Benediktus Bensi dan RD. Martinus Tolen Tino.

Koor, Pemazmur dan pembawa persembahan pada perayaan misa ini ditanggung oleh umat dari Paroki MBSB Wae Sambi. Sedangkan petugas liturgi yang lain, dari Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo. (EfjE)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait