Keuskupan Labuan Bajo-Pemkab Mabar Matangkan Rencana Pelaksanaan Silentium Magnum Pada Jum’at Agung

advanced divider
Pelaksanaan Rapat Pihak Keuskupam Labuan Bajo dan Pemkab Mabar terkait pelaksanaan Silentium Magnum. (Foto : Ferdy Jemaun)

Labuan Bajo, MBSBNews,- Keuskupan Labuan Bajo dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, matangkan rencana penerapan Silentium Magnum (keheningan agung) pada perayaan Jum’at Agung. Semua pihak sepakat, agar Silentium Magnum diwujudkan, selain untuk berkabung atas wafatnya Isa Almasih, juga untuk memberi waktu kepada bumi, beristirahat sejenak.

Pastor Paroki MBSB Wae Sambi, RD. Risno Maden (kiri) saat mengikuti rapat di ruang rapat Bupati Mabar. (Foto : Ferdy Jemaun)
Pastor Paroki MBSB Wae Sambi, RD. Risno Maden (kiri) saat mengikuti rapat di ruang rapat Bupati Mabar. (Foto : Ferdy Jemaun)

Kesepakatan antara pihak Keuskupan Labuan Bajo dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, terkait penerapan Silentium Magnum pada Jum’at Agung, itu berlangsung pada rapat yang dilaksanakan di Ruang Rapat Bupati Mabar, Kamis (18/04/2025).

Hadir mewakili Keuskupan Labuan Bajo pada rapat itu adalah Vikjen RD. Richardus Manggu, Sekretaris Puspas RD. Lian Angkur, serta Pastor Paroki Katedral Roh Kudus Labuan Bajo, RD. Lorens Sopang dan Pastor Paroki MBSB Wae Sambi RD. Risno Maden.

Sedangkan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dihadiri langsung Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, Wakil Bupati Manggarai Barat dr. Yulianus Weng, Sekertaris Daerah Fransiskus S. Sodo serta sejumlah pimpinan perangkat daerah.

Hadir pula pada rapat itu unsur Forkopimda, yakni Kapolres Manggarai Barat, Christian Kadang, perwakilin dari Danlanal Labuan Bajo, perwakilan dari Kodim 1612, serta para tokoh agama dari NU, Muhammadyah, MUI, Pendeta GMIT, Pendeta GPDI, Ketua PHDI, para Imam Masjid serta perwakilan dari kantor Kemenag Manggarai Barat.

Bupati Edi memimpin langsung rapat itu, dengan penegasan bahwa untuk mewujudkan Silentium Magnum pada hari Jum’at Agung, itu butuh komitmen bersama dari semua pihak.

“Kenapa kita semua diundang pada rapat ini? Karena butuh keterlibatan kita semua untuk bisa wujudkan Silentium Magnum pada Jum’at Agung itu. Prinsipnya, hari Jum’at Agung itu kita diajak untuk hening,” tegas Bupati Edi.

Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, tegas Bupati Edi, akan mendukung secara penuh pelaksanaan Silentium Magnum dimaksud.

Bupati Edi kemudian meminta pihak Keuskupan Labuan Bajo untuk menjelaskan konsep Silentiun Magnum yang hendak dilaksanakan pada hari Jum’at Agung.

Vikjen Keuskupan Labuan Bajo, RD. Richard Manggu menjelaskan bahwa Silentium Magnum itu bermakna keheningan yang mendalam untuk merenungkan kematian Tuhan Yesus.

“Gereja Katolik diberi kesempatan berpartisipasi untuk merenungkan kematian Tuhan Yesus atau wafatnya Isa Almasih,” jelas RD. Richard.

Lebih dari itu, lanjutnya, dengan Silentium Magnum, semua pihak diajak untuk memberi waktu kepada bumi, beristirahat sejenak.

“Bumi kita saat ini sedang menjerit. Terlalu banyak yang kita ambil dari bumi, tanpa kita beri dia kesempatan untuk beristirahat. Nah, melalui Silentium Magnum ini kita beri bumi waktu untuk beristirhat sejenak, dengan membebaskanya dari asap kendaraan bermotor,” jelas RD. Richard.

Diakui RD. Richard bahwa Silentium Magnum, ini merupakan ajakan dari Uskup Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus, sebagai budaya baru, yang harus dimulai dan dilanjutkan pada waktu-waktu mendatang.

“Dan untuk memulai hal itu, Gereja Katolik tidak punya kewenangan untuk mengatur. Karena itu, saya atas nama Bapa Uskup menyampaikan terima kasih kepada Bapak Bupati dan kita semua yang hadir, untuk mendiskusikan hal ini,” akunya.

Dalam sesi diskusi, semua pihak yang hadir, mulai dari Kapolres Manggarai Barat, Christian Kadang, perwakilan dari TNI, hingga para tokoh agama dari NU, MUI dan Muhammadyah, memberi penegasan untuk mendukung secara penuh pelaksanaan Silentium Magnum pada Jum’at Agung.

Sementara itu, Sekretaris Puspas Keuskupan Labuan Bajo, RD. Lian Angkur, memberi penjelasakan tentang pelaksanaan kegiatan pada hari Jum’at Agung, seperti rute prosesi jalan salib hidup yang dimulai dari halaman Kantor Bupati hingga Gereja Katolik St. Petrus Serenaru.

Uskup Labuan Bajo, Maksimus Regus, semua imam, biarawan dan biarawati serta semua umat, kata RD. Lian, akan turut serta dalam prosesi jalan salib hidup ini.

“Karena itu, kami butuh jejaring dari pemerintah, pihak keamanan dan P3K untuk sukseskan prosesi ini,” lanjutnya, seraya menambahkan bahwa pada prosesi jalan salib ini semua umat akan menggunakan pakayan adat masing-masing daerah asal, sebagai simbol bahwa Labuan Bajo ini adalah rumah bersama semua umat.

Demi keamanan prosesi jalan salib hidup ini, sejumlah rute jalan akan ditutup dari semua jenis kendaraan bermotor, sejak pukul 06.00 hingga pukul 10.00 witeng. (eFJe)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait