Sambut Bazar Paroki Wae Sambi, Iwaka KBG St. Thomas More Membuat Gebrakan

advanced divider

Implementasi Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan yang SAE (Sejahtera Adil dan Ekologis) di Paroki MBSB Wae Sambi telah dilakukan, diantaranya mensupport dana Rp 500.000 per KBG untuk mendukung Bazar Paroki yang menyediakan kuliner berbagai jenis  yang dipasarkan setiap hari Minggu di halaman aula Paroki. Dan umat yang selesai beribadat dan hendak kembali ke rumah masing-masing, antusias membeli untuk dibawa pulang. Dana yang disalurkan untuk 35 KBG adalah Rp 17.500.000 dan untuk WKRI sebesar Rp 500.000 sehingga totalnya berjumlah Rp 18.000.000.

Menyambut support DPP Paroki tersebut, Pengurus Iwaka KBG St. Thomas More bersama Ketua KBG,bapa Yosep Min Palem dan Sie Sosial Kemasyarakatan KBG Raymon Isak mengadakan rapat koordinasi pada Selasa, 25 April 2023. Rapat dipimpin Ketua Iwaka St. Thomas More ibu Viktoria Wulang. Hadir juga Bendahara KBG ibu Tildis Raul dan beberapa orang pengurus lainnya.

Setelah melalui diskusi yang mendalam, disepakati bahwa dana rangsangan dari paroki harus betul-betul dimanfaakan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Sambil menanti jadwal penjualan sekitar akhir Mei yang akan datang, ibu-ibu sepakat untuk bungakan uang yang ada dengan cara membeli 1 karung gula pasir dan dijual ke warga KBG saat doa giliran. Setiap rumah mendapat jatah minimal 1 kg dan juga membeli kue yang dibuat ibu-ibu Iwaka minimal Rp 50.000. Dengan demikian maka tuan rumah tidak repot lagi membeli gula pasir dan membeli kue di luar. “Ibu-ibu Iwaka dalam KBG betul-betul diberdayakan kemampuannya”, tandas Ibu Viktoria Wulang yang juga adalah Kepala SMKN 1 Labuan Bajo. “Ke depan”, lanjutnya, “ibu-ibu Iwaka akan menjual juga deterjen kepada setiap keluarga. Sedangkan untuk kuliner yang akan dijual, Iwaka KBG St. Thomas More fokus pada pangan lokal seperti jagung bose dan lain-lain. Iwaka KBG St. Thomas More bersama KBG pemekaran yakni Iwaka KBG Beato Charlo Acutis juga memiiki UBSP dengan modal di atas Rp 20 juta”.

Dalam rapat itu juga direncanakan untuk mengunjungi  umat katolik di KBG yang “tercecer” yakni belum didata. Mereka itu tinggal di sekitar gudang Dolog Labuan Bajo dan di sudut ujung utara  Bandara Komodo dan mendirikan rumah sederhana di atas tanah Pemda. Selama ini warga tersebut belum mendapat perhatian. Mereka itu adalah para pekerja informal termasuk yang setiap hari meniti batu-batu di ujung Bandara Komodo guna mengais rejeki. Dan ada di antara mereka yang hidup bersama tanpa status perkawinan yang resmi dan memiliki anak yang belum dibaptis. Jumlah keluarga di kompleks tersebut di atas 20 keluarga.

Raymond Isak yang menangani urusan sosial kemasyarakatan berniat dalam minggu ini juga melakukan pendataan seperti : keluarga-keluarga yang belum diberkati pernikahan mereka, anak-anak yang belum dipermandikan, untuk selanjutnya dilaporkan ke Paroki agar ditindaklanjuti. “Kasihan mereka itu, sepertinya status tidak jelas, baik dari segi  sipil maupun dalam kaitan dengan kehidupan berparoki. Terima kasih karena dari Paroki dan Tim Medis sudah mengunjungi 1 anak  stunting yang tinggal di kompleks tersebut” ungkap Raymond.

 

(penulis berita : bapa Yosep Min Palem)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait