Wae Sambi-Labuan Bajo. Paroki Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) Wae Sambi melaksanakan Prosesi Patung Bunda Maria dan Perayaan Ekaristi Penutupan Bulan Maria. Kegiatan yang dihadiri Romo, biarawan/i, dan umat Paroki MBSB ini dilaksanakan pada Rabu, 31 Mei 2023.
Dalam pernyataannya, bapa Ansel Nabit, penanggung jawab kegiatan ini, menegaskan bahwa kegiatan Prosesi Patung dan Misa Penutupan Bulan Maria merupakan agenda tahunan paroki.
“Kegiatan Prosesi Patung dan Misa Penutupan Bulan merupakan kegiatan yang diagendakan secara rutin setiap tahun di tingkat Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi. Kalau tahun lalu kegiatan ini dibuat, maka tahun ini dan seterusnya kami pun memutuskan untuk melaksanakan kegiatan yang sama” kata ketua seksi Kerohanian Paroki Maria Bunda Segala Bangsa ini.
Lebih lanjut, bapa Ansel Nabit menegaskan bahwa guna menyukseskan kegiatan ini terlebih dahulu dilaksanakan rapat persiapan pembentukan panitia dan rancangan kegiatan.
“Dalam menyukseskan kegiatan ini terlebih dahulu kami membentuk panitia kegiatan. Selain itu, melalui rapat bersama, kami juga merancang agenda kegiatan dan segala bentuk persiapan guna mendukung kegiatan ini”, tambah bapa Ansel Nabit.
Berarak dalam Cahaya Lilin
Kegiatan prosesi Patung Bunda Maria diawali dengan ibadat bersama yang dipimpin RD Risno Maden. Kegiatan yang dimulai pada pukul 17.00 Wita ini dilaksanakan di lapangan sepak bola Wae Sambi. Di tempat ini pulalah umat berkumpul secara bersama sebelum melaksanakan perarakan Patung Bunda Maria menuju Gereja Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi.
Dalam ibadat bersama tersebut, RD Risno Maden menegaskan bahwa kegiatan prosesi ini adalah bentuk penghormatan kita terhadap bunda Maria.
“Hari ini kita berkumpul di lapangan ini guna melaksanakan prosesi patung Bunda Maria. Dari tempat ini kita akan berjalan bersama Maria. Dari lokasi ini kita mau berarak bersama Maria. Tentu, hal ini menjadi tanda bahwa kita mencintai dan menghormati Maria, Bunda Segala Bangsa”, tegas RD Risno.
Selepas ibadat, umat berbaris dalam kelompok wilayah. Seraya memakai busana daerah, umat berarak dari lapangan Wae Sambi mengikut rute jalur gua Batu Cermin, Pasar Batu Cermin, dan Gereja Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi. Tampak dalam barisan, umat menyalakan lilin, sambil berdoa Rosario dan menyanyikan lagu Maria. Sementara itu, patung Bunda Maria ditahta dan diarak dengan menggunakan mobil Pick Up, seraya dikawal kelompok THS/THM Paroki Maria Bunda Segala Wae Sambi.
Sesampai di pertigaan Pasar Batu Cermin, patung Bunda Maria diterima dengan adat dan tarian dari Paguyuban Ende-Labuan Bajo. Ketika itu pula, patung diturunkan dari mobil dan ditandu oleh utusan Paguyuban Ende-Labuan Bajo. Umat kemudian melanjutkan perarakan.
Di depan gereja Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi, Patung Bunda Maria bersama rombongan prosesi juga diterima secara adat Manggarai. Dengan diiringi tarian dari Sanggar Congka Sae, selepas itu umat kemudian memasuki Gereja untuk melaksanakan Perayaan Ekaristi Penutupan Bulan Maria.
Tentang kegiatan prosesi ini, ibu Vya Ngambut, anggota rombongan proses patung Bunda Maria, menyampaikan rasa syukur karena bisa terlibat dalam kegiatan ini. Ia juga menambahkan kegiatan ini menjadi tanda kecintaan ia dan umat Paroki Wae Sambi kepada Bunda Maria.
“Saya bersyukur karena bisa terlibat dalam kegiatan Prosesi Patung Bunda Maria. Saya yakin kegiatan ini menjadi tanda kecintaan dan rasa hormat saya dan umat Paroki Wae Sambi terhadap Bunda Maria”, kata anggota Legio Maria Paroki Wae Sambi ini.
Terpisah, bapa Marten Marton menegaskan melalui kegiatan seperti ini Paroki Wae Sambi memberi warna yang khas di akhir bulan Mei.
“Melalui kegiatan seperti ini Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi memberikan warna yang khas di akhir Mei dengan melaksanakan Prosesi Patung Bunda Maria seperti ini”, pungkas ketua THS-THM Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi ini.
Dilanjutkan dengan Misa: RD Risno Ajak Umat Bawa Berkat
Selepas Prosesi Patung Bunda Maria, bersama imam, umat merayakan Misa Penutupan Bulan Maria. Dalam homilinya, RD Risno Maden mengajak umat untuk belajar dari persaudaraan Maria dan Elisabet.
“Kita bisa melihat hubungan Maria dan Elisabet sangatlah akrab. Keduanya hidup sebagai sesama yang mau merangkul dan membantu satu sama lain. Maka, kita sekalian juga diajak untuk belajar dari Maria dan Elisabet dalam membangun relasi yang baik dengan sesama. Kalau selama ini kita memiliki relasi yang buruk dengan orang lain, sudah saatnya untuk kita memaafkan dan mulai menatah hubungan yang baik”, tegas RD Risno Maden.
Lebih lanjut, RD Risno Maden mengajak umat untuk belajar dari ketulusan Maria yang rela mengunjungi Elisabet.
“Kita tahu, walaupun sedang mengandung Yesus, Maria tetap mau mengunjungi Elisabet. Ini adalah tanda ketulusan paripurna Maria, berkorban walaupun masih dilanda susah. Karena itu, ketulusan seperti ini harus menjiwai perjalanan hidup kita masing-masing. Selain itu, dalam perjalanan menuju Elisabet, Maria masih mengandung Yesus. Ke sana, Maria membawa sukacita dan kebaikan. Karena itu, seperti Maria, kita juga diajak untuk membawa hal baik untuk orang lain. Kita boleh saja berdoa. Tapi hendaklah doa yang kita lantunkan jangan sampai membuat kita tertutup mata menolong orang-orang sekita”, pungkas RD Risno Maden.
Tampak Perayaan Ekaristi tersebut berjalan dengan khusyuk. Umat hadir dan terlibat aktif dalam perayaan tersebut. Dalam Misa Penutupan Bulan Maria ini, kelompok Legio Maria menjadi penanggung koor.
Terima kasih dan Harapan
Di akhir kegiatan, bapa Fridus Nardi menyampaikan terima kasih atas partisipasi banyak pihak dalam kegiatan Prosesi Patung Bunda Maria dan Misa Penutupan Bulan Maria.
“Saya menyampaikan terima kasih kepada Pastor Paroki, Pemda Mabar, Pemdes Batu Cermin, Polres, Dinas Perhubungan, ketua KBG, Biarawan/i, kelompok rohani, dan umat sekalian yang terlibat dalam kegiatan ini. Sungguh peristiwa seperti ini akan tercatat baik dalam sejarah Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi”, pungkas ketua Seksi Liturgi Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi ini.
Sementara itu, RD Risno Maden berharap semoga kegiatan seperti ini terus dijalankan secara rutin. Ia juga berharap semoga kedekatan umat dengan Maria tidak hanya ditandai dalam kegiatan prosesi seperti ini, tetapi juga dalam devosi dan doa pribadi.
“Saya melihat antusiasime umat dalam kegiatan ini sangat tinggi. Karena itu, saya berharap kita dapat melaksanakan kegiatan seperti ini secara rutin, setiap tahun, pada bulan Mei. Selain itu, saya juga berharap kedekatan dan relasi kita dengan Bunda Maria tidak hanya dibangun dan dirawat dalam kegiatan Perarakan Patung Bunda Maria, tetapi juga dalam perjumpaan pribadi, melalui doa dan devosi kita”, kata RD Risno Maden.
*EfEr Ican Pryatno