“Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
(Lukas 2:49)
Pertanyaan Yesus ini bukan hanya ditujukan kepada Maria dan Yusuf, tetapi juga kepada kita semua. Mengapa kita mencari Tuhan? Apakah kita sungguh memahami alasan di balik pencarian kita akan-Nya?
Mungkin hari ini adalah hari yang baik untuk beristirahat, menghabiskan waktu bersama keluarga, atau bahkan berjalan-jalan bersama mereka. Namun, dalam refleksi yang lebih dalam, alasan kita mencari Tuhan patut direnungkan.
Dalam bacaan pertama, kisah Hana, istri Elkana, memberikan teladan. Hana mencari Tuhan karena penderitaannya sebagai istri mandul yang selalu dihina oleh Penina, istri kedua Elkana (1 Samuel 1:1-20). Ia memohon kepada Tuhan agar keluarganya dilengkapi dengan kehadiran seorang anak. Dan Tuhan mendengar doanya, memberikan Hana seorang anak yang diberi nama Samuel, yang berarti, “Aku telah memintanya dari Tuhan.”
Kisah ini mengajarkan kita bahwa Tuhan peduli pada kebutuhan kita, bukan hanya setelah kita meninggal, tetapi juga selama kita hidup di dunia ini. Tuhan menjawab doa Hana dengan memberinya sukacita melalui kelahiran Samuel. Oleh karena itu, mencari Tuhan untuk mengungkapkan harapan dan kebutuhan kita, seperti yang kita lakukan dalam doa-doa kita, adalah hal yang wajar dan benar. Bahkan dalam Doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan kita untuk meminta, “Berikanlah kami rezeki pada hari ini” (Matius 6:11).
“Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
Bagi Maria dan Yusuf, Yesus yang mereka cari seolah-olah hilang. Namun, dari sudut pandang Yesus, justru merekalah yang kehilangan arah. Tuhan tidak pernah hilang, bahkan di tengah pengalaman pahit kehidupan kita: dalam pergumulan rumah tangga, kesulitan sebagai orang tua, atau tantangan sebagai anak.
Tuhan senantiasa hadir di rumah Bapa-Nya, yaitu Gereja. Dalam Tabernakel, Dia berdiam menanti kita yang sering kali “hilang” dari hadirat-Nya. Banyak dari kita mungkin hanya datang saat Natal atau Paskah, atau saat berada dalam kesusahan. Sebaliknya, ketika hidup terasa baik, kita sering lupa untuk mendekat kepada-Nya.
Namun, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia selalu siap dijumpai, bahkan saat kita membuka doa dengan tanda salib: “Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.”
Marilah kita kembali kepada-Nya, bukan hanya dalam kesusahan, tetapi juga dalam sukacita. Dia menanti kita di rumah-Nya, untuk menguatkan, menuntun, dan memberikan damai. Tuhan tidak pernah pergi; yang sering pergi adalah kita.
“Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!”
(Yesaya 55:6)
—————————————————————————————————
Bacaan Liturgi Minggu, 29 Des 2024
Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yusuf
Warna Liturgi: Putih
Bacaan I: 1Sam 1:20-22.24-28
Mazmur Tanggapan: Mzm 84:2-3.5-6.9-10
Bacaan II: 1 Yoh 3:1-2.21-24
Bait Pengantar Injil: Kis 16:14b
Bacaan Injil: Luk 2:41-52