Renungan Katolik: Menyentuh dengan Iman

advanced divider

Saudari-saudari terkasih
Sekurang-kurangnya, ada 2 (dua) pesan sederhana dari bacaan Injil pada hari Minggu Biasa XIII ini (Mrk 5:21-43).

Pertama, Tuhan akan menoleh kepada Anda dan saya, jika kita menyentuh-Nya dengan iman.

Setiap hari minggu, bahkan setiap hari, kita menyambut dan menyantap Tubuh Kristus. Artinya, kita sebenarkan selangkah lebih maju dari perempuan dalam Injil. Dia hanya menjamah jubah Yesus, tetapi Anda dan saya menyantap Tubuh dan Darah Kristus. Tetapi, yang menjadi pertanyaannya adalah apa yang membuat perempuan itu sangat istimewa? Jawabannya adalah iman, “Hai anakku,” kata Yesus kepada perempuan yang baru sembuh dari sakit pendarahan, “imanmu telah menyelamatkanmu”.

Dari begitu banyak orang yang bersentuhan dengan Yesus, hanya satu orang yang menyentuh Yesus dengan iman. Ingat, kuasa Tuhan akan mengalir ke dalam diri kita; ke dalam keluarga kita; ke dalam karier kita, kalau Anda dan saya menyentuh Tuhan dengan iman yang teguh.

Kedua, tak ada upaya penuh iman yang sia-sia.

Yairus, kepala rumah ibadat, amat mencintai putrinya yang baru berusia 12 tahun. Cinta sang ayah tak diragukan lagi. Segala doa dan upaya penyembuhan telah dikerahkan. Tetapi, ketika sang ayah masih bersama Yesus, terdengar berita dari keluarga Yairus, “anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru”. Berita itu sungguh menyayat hati sang ayah. Tampaknya, semua upaya sia-sia. Hal yang sama juga dengan perempuan yang 12 tahun menderita pendarahan. Segala hartanya habis, bahkan hidupnya terasa segera berakhir.

Tinggal satu peluang saja bagi Yairus dan perempuan itu. Peluang terakhir adalah menyerahkan seluruh kegundahan hidup pada Yesus dengan iman yang kuat, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” atau “… letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”

Saudara-saudari beriman
Tak ada upaya dalam iman yang sia-sia. Teruslah bekerja, teruslah berdoa, teruslah mengasihi, teruslah berharap dengan iman yang mantap. Kalau iman kita belum semantap Yairus atau belum segigih perempuan itu, mari kita membarui iman kita dengan mendoakan “Aku Percaya”.

Oleh : RD. Risno Maden

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print