Renungan Harian: Cinta Ilahi dan Kuasa Duniawi?  

advanced divider

Bacaan:

Kis. 9:31-43

Yoh. 6:60-69

Dalam situasi tertentu, kita kerap menginginkan banyak hal dalam hidup. Tentu segala yang dinginkan adalah hal-hal yang belum kita alami, pun tidak sempat kita nikmati. Atas dasar itu, kita mulai menginginkannya. Dengan hati yang menggebuh-gebuh, kita mulai mengejarnya. Demikian,  dengan penuh tanda gejolak, kita berlangkah menggapainya.

Namun, selepas menggapai banyak hal, kita mulai jenuh dengan keadaan. Kita merasa bosan dengan segala yang dicapai. Pun kita menganggap biasa dengan segala keadaan. Sehingga, seperti seorang pecinta, di awal kisah hati kita menggebu-gebu tanpa ampun, namun menjelang akhir, gejolak kita kian padam, lalu sirna.

Lantas, mengapa kita mudah jenuh dengan segala yang diraih? Mengapa kita gampang bosan dengan kuasa duniawi yang digapai? Itu karena segala hal di bawah langit terbatas. Demikian segala sesuatu yang ada dunia terlampau fana dan hanya bertahan dalam sesaat. Sehingga, kata Yesus hari ini: “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidaklah berguna” (Yoh. 6:63). Sebab memang segala sesuatu yang melekat pada daging, tidaklah bersifat abadi. Pun, segala hal yang berkenan dengan kuasa duniawi tidak dapat bertahan menuju abadi.

Sehingga memang  demikian bahwa kita mudah bosan dengan keadaan sebab segala hal yang ‘melekat’ dengan daging tentu terbatas. Kalaupun kita bergejolak: menginginkan banyak hal di dunia, tentu hal itu hanya bertahan untuk sementara waktu. Sebab selepas dapat, kita mulai merasa hambar dengan segala keadaan. Kita sekadar ‘panas-panas’ di awal. Namun sesudah itu, gejolak kita padam: lekas tak lagi membara seperti biasa.

Karena itu, melalui injil hari ini, Tuhan menyadarkan kita bahwa segala sesuatu yang berkenan dengan kuasa duniawi bersifat fana. Ia hanya sementara. Ia punya tanda batas. Maka, jika hendak mencari keabadian, hiduplah selalu dalam naungan Allah. Sebab kuasa Tuhan selalu menciptakan keterkejutan. Semakin kita hidup di dalamNya, Ia membuat kita jatuh cinta berkali-kali. Demikian, semakin kita mendekatiNya, Ia membuat kita mengejarNya berkali-kali. Sebab Tuhan tidak membuat kita lekas puas sekali. Ia justru membuat kita mabuk cinta berkali-kali, amin.

Oleh : Fr. Ican Pryatno

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print