Bacaan:
Kis. 4:32-37
Yoh. 3:7-15
“Tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama” (Kis. 4:32)
Dalam bacaan pertama hari ini digambarkan perihal keutamaan hidup dari orang yang telah percaya akan Yesus Kristus. Kisah Para Rasul menegaskan jikalau orang seperti itu sehati, sejiwa, seraya memberikan apa yang mereka miliki. Mereka semua hidup dalam kasih yang berlimpah-limpah, sehingga tidak seorang pun berkekurangan (bdk. Kis. 4:35).
Patut diakui bahwa kisah yang digambarkan dalam bacaan pertama hari ini justru menjadi ‘tamparan keras’ untuk kita. Tidak seperti orang-orang dalam kisah hari ini, justru kita kerap menjadi orang yang ‘gagal’ dalam memberi. Kita enggan mendonasikan apa yang kita punya, bahkan dengan lantang mengatakan “saya tidak memiliki apa-apa!”.
Lantas, mengapa kita gagal dalam memberi? Kita bertindak demikian sebab kadangkala kita terbuai dengan ‘imajinasi keberlimpahan materi’. Kita memakai cara pandang bahwa seolah-olah hidup adalah tentang mengumpulkan harta. Pun kita memaknai perjalanan di dunia semata-mata tentang mengais kekayaan yang banyak.
Alhasil, orang yang terbuai dengan ‘imajinasi keberlimpahan materi’ enggan memberi apa yang ia miliki. Ia cemas jikalau ‘saya memberi, maka sudah tentu harta saya kurang’. Pun ia takut, jikalau ‘saya berdonasi, maka kekayaaan saya semakin menipis’. Ini adalah cara hidup dari orang yang terlampau nyaman berdiam dalam imajinasi keberlimpahan materi. Orang demikian amat terpaku pada harta, sampai-sampai ia enggan membuat hidupnya bernilai untuk yang lain.
Karena itu, melalui bacaan hari ini, Tuhan mengajak kita untuk hidup dalam imajinasi kasih. Orang yang menghidupi imajinasi kasih tidak butuh akan kalkulasi. Malahan ia senantiasa bermurah hati, hingga rela memberi diri tanpa henti. Demikian, orang yang menghidupi imajinasi kasih akan gemar memberi, sebab padanya hidup selalu tentang perayaan membagi kasih untuk yang lain. Karena itu, mari tanggalkan ‘imajinasi keberlimpahan materi’ dan berdiamlah dalam keberlimpahan kasih. Sebab, hidup bukan terutama tentang ‘mencari’, namun perihal bermurah hati dalam ‘memberi’, amin.