“Apa yang kau lakukan itu, jahat” kata Cinta kepada Rangga, dalam Film Ada Apa Dengan Cinta II. Cinta kecewa dengan Rangga, yang selama sekian purnama, tidak memberikan kabar kepadanya yang menanti dalam rindu.
“Apa yang kau lakukan itu, jahat” mungkin juga keluar dari mulut orang-orang Kristen awal kepada Paulus yang bertobat dan berbalik kepada Kristus.
Paulus begitu kejam dengan pengikut Kristus; mengejar, menangkap, membunuh. Stefanus adalah salah satu korban kekejaman pemuda dari Tarsus tersebut.
Namun, ketika Paulus tiba-tiba berbalik mengikuti Kristus, orang Kristen awal tidak mempersoalkan dan meragukannya. Mereka tidak mengulik masa lalunya, karena ia mengakui kesalahan besar yang ia lakukan, sebagaimana ia sampaikan di hadapan orang-orang Yahudi.
“Aku telah menganiaya pengikut-jalan Tuhan sampai mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara”(Kis 22:4).
Mengakui kesalahan masa lalu adalah jalan untuk berdamai dengan diri. Itu adalah jalan rekonsiliasi, memulihkan perasaan dan luka-luka yang dialami korban. Mengakui kesalahan dengan jujur, rendah hati, dan penuh sesal akan memberikan kelegaan jiwa, moral dan spiritual.
Orang yang berkoar-koar ingin mengabdi pada kemaslahatan orang banyak, tanpa bertobat dan mengakui kesalahan masa lalunya, tak lebih dari “gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing”.*