Renungan Harian Katolik: Melawan Prasangka Buruk?

advanced divider

Bacaan:

Kis. 17:15.22-18:1

Yoh. 16:12-15

 

 “Ia tidak akan berkata-kata dari Diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya, itulah yang akan dikatakan-Nya, dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:14).

*******

“Sejauh kita berdiam di bawah kolong langit, sejauh itu pula kita masih berburuk sangka”. Kira-kira, inilah adagium yang pas untuk menggambarkan sifat manusiawi kita yang gemar berprasangka buruk terhadap yang lain. Kita suka membeberkan asumsi negatif tentang sesama. Pun kita kerap menyebarkan kecurigaan tidak perlu tentangnya. Sehingga demikianlah manusia: ia bisa terlihat baik di mata kita, namun di titik terdalam hatinya ia menaruh prasangka buruk tentang sesama.

Lantas, mengapa kita gemar berprasangka buruk tentang yang lain? Itu karena kita gengsi membuka diri dengan sesama. Kita enggan berbicara antarmuka dengannya. Pun kita tidak simpatik membuka hati: mendengar setiap keluh kesah dan isi hati orang lain. Karenanya, kita suka berbicara tentang orang lain seturut ‘standar’ pribadi. Demikian, kita kerap ‘membaca’ tentang yang lain, seturut apa yang dipikirkan sendiri. Sehingga: karena enggan berbicara dan mendengar, kita kerap berburuk sangka. Demikian, karena kita tidak mau berbicara antar-sesama, kita lantas mengadu hal buruk tentangnya.

Karena itu, melalui injil hari ini, Tuhan mengundang kita untuk ‘belajar mendengar’. Hilangkan prasangka buruk tentang sesama, mari mulai berbicara dan mendengar antar-hati dengannya. Sebab, jalan terbaik melawan asumsi negatif ialah dengan membuka diri dan membuat relasi menjadi lebih berarti, amin.

Oleh : Fr. Ican Pryatno

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print