Renungan Harian Katolik: Masa Lalu Orang Baik

advanced divider

Bacaan:

Kis. 9:1-20

Yoh. 6:52-29

Dalam bacaan pertama dikisahkan perihal pertobatan ‘Paulus’. Kisah ini bermula tatkala sebelumnya ‘Paulus yang dulunya bernama Saulus’ gencar mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia kerap mengincar laki-laki maupun perempuan yang mengikuti jalan Tuhan (Kis. 9:2).

Walaupun demikian, Tuhan kemudian memanggil Paulus. Tuhan menyapa ia dan berkata “Akulah Yesus yang kauaniaya itu! Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota?” (Kis. 9:6). Karenanya, sejak saat itu Tuhan memakai Paulus untuk menjadi abdiNya. Ia kemudian menjadi pelayan Allah yang gencar melakukan pewartaan ke seluruh dunia.

****

Sesungguhnya kisah pertobatan Paulus hendak memberi gambaran bahwa sehebat apapun manusia tentu ia pernah melakukan kesalahan. Pun, semulia apapun orang pasti ia pernah melakukan secuil kekeliruan dalam hidupnya.

Lantas, mengapa orang mudah jatuh dalam kekeliruan ataupun kesalahan? Itu karena di dalam diri manusia termuat dimensi kerapuhan. Tidak seperti Allah yang adalah Sempurna, manusia sesungguhnya dibentuk dalam kekurangan. Ia terbatas. Ia memiliki kekurangan dalam dirinya. Sehingga wajar, sebaik apapun manusia, pasti dalam jejak perjalanan, ia sempat melukis sedikit kesalahan. Demikian, sehebat apapun manusia, tentu ia pernah menyisahkan sedikit cacat cela dalam hidupnya. Paulus sudah menunjukkan hal demikian. Bahwa dalam kerapuhan di masa lalu, ia melakukan kesalahan dengan menganiaya para pengikut Tuhan. Walaupun demikian, kelak ia beralih menjadi baik. Ia lantas menjadi pengikut Tuhan yang gencar mewartakan nama Allah.

****

Tidak seperti Paulus yang mampu beralih dari rasa sesal, dalam hidup kita justru kerap terbuai dengan kesalahan. Karena kekeliruan tertentu, kita lantas menghujat diri, seolah-olah kita adalah pribadi yang terburuk dalam hidup. Kita menyalahkan diri, lalu mengutuk setiap kisah kelam yang kita lalui. Alhasil, kita kemudian bergumam ”Apakah saya layak di hadapan Allah Yang Mulia? Apakah Tuhan mau merangkul saya yang banyak berbuat salah”?

Karena itu, melalui bacaan hari ini, Tuhan mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki peluang untuk menjadi baik. Seburuk apapun kesalahan, rahmat Tuhan tetap berdiam di titik terdalam hati kita. Tentu, menyadari ketidakpantasan memang penting. Namun di balik rasa sesal, kita diajak untuk berpaling kepada Allah. Sebab, tidak ada orang suci, tanpa masa lalu. Tidak ada orang berdosa, tanpa masa depan. Peluang menjadi baik selalu terbuka tatkala kita hidup di dalam Allah, amin

Oleh : Fr. Ican Pryatno

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print