Renungan Harian Katolik: Kristus Sungguh Raja

advanced divider

Bacaan-bacaan HR Kristus Raja Semesta Alam/Tahun C:

Bacaan I: 2 Samuel 5:1-3

Bacaan II: Kolose 1:12-20

Bacaan Injil Lukas 23:35-43

 

Pada Hari Minggu sebelum hari Minggu Adven I, Gereja Katolik memerayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Ensiklik “Quas Primas” dari Paus Pius XI, tanggal 11 Desember 1925 dan Ensiklik “Ad Caeli Reginam” dari Paus Pius XII, tanggal 11 Oktober 1954 yang berpengaruh munculnya hari raya ini.

Realitas yang memicu diterbitkannya Ensiklik “Quas Primas” adalah perlawanan terhadap tendensi sekularisme dalam dunia, yang juga menyerang Gereja Katolik waktu itu.  Selain diterbitkannya Ensiklik ini, Paus juga merasa perlu, agar dirayakan secara liturgis untuk secara perlahan, namun efektif mengubah mentalitas umat, sehingga kehidupan umat Katolik semakin berpusat pada kekuasaan Kristus, bukan pada hal-hal duniawi atau  kemampuan manusiawi semata-mata.

Hanya Kristuslah Raja semesta alam. Dialah awal dan akhir, alfa dan omega.  Keberadaan Kristus sebagai raja ditegaskan Yesus di hadapan Pilatus. Kata Yesus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi kerajaan-Ku bukan dari sini” (Yohanes 18:36)

Pernyataan ini menegaskan siapa diri Yesus yang sesungguhnya. Dialah Sang Raja, tetapi bukan raja duniawi seperti nenek moyang-Nya, raja Daud. Selanjutnya, Ensiklik “Ad caeli Reginam”, dari Paus Pius XII  menegaskan kuasa Kristus atas alam semesta. Sebagai Raja, Ia sungguh Ilahi dan sungguh insani. Paus Pius XII menekankan bahwa kerajaan Kristus bersifat spiritual. Lawan dari kuasa Kristus ialah kuasa jahat, iblis.

Kerajaan Kristus tidak dibela dengan senjata, melainkan dengan kasih. Atas dasar itu, marilah kita merenungkan sekurang-kurangnya 3 fakta kasih Kristus sang Raja berikut ini:

Pertama, kasih yang memerintahkan Petrus untuk menyarungkan pedangnya, ketika Petrus memotong telinga Malkhus di taman Getsemani. “Kau sangka”, kata Yesus kepada Petrus, “bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-ku, supaya Ia segera mengirimkan lebih dari 12 pasukan malaikat membantu Aku?” (Matius 26:53).

Nah, perlu kita ketahui, 12 pasukan ini, bukan berarti 12 prajurit. Kata “pasukan” dalam bahasa Yunani adalah “legion”. Satu Legion atau 1 pasukan berjumlah 6000 orang tentara. Jadi kalau Yesus menyebut 12 pasukan malaikat, berarti kurang lebih 72.000 malaikat. Jumlah yang begitu banyak. Tetapi, Yesus tetap mengedepankan kasih di hadapan kejahatan, sebab kata Yesus, “barang siapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.” (Matius 26:52)

Perhatikan Saudara-saudari! Yesus menunjukkan siapa diri-Nya, Dia memiliki relasi yang intim dengan Bapa. Selain itu, Dia juga memiliki otoritas atas pasukan malaikat dalam kerajaan surga. Tetapi kekuatan Kerajaan Surga, bukan untuk membinasakan, tetapi untuk menyelamatkan. Termasuk, menyelamatkan Simon Petrus dari kemarahannya sendiri.

Kedua, dalam injil hari ini, Injil Lukas 23:35-43, kita membacanya, bahwa sebanyak 3 kali Yesus diejek saat Dia tergantung di kayu salib. Pertama, Yesus diejek oleh pemimpin bangsa Yahudi. Kedua, Yesus diejek oleh Para prajurit. Dan Ketiga, Yesus diejek oleh salah seorang dari penjahat yang tersalib. Tetapi sang Raja kasih, tidak pernah membalas ejekan dengan makian, tetapi dengan mendoakan pengampunan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Ketiga, Yesus Sang Raja, yang bermahkotakan duri, dan bertakhtakan salib, mengajak penjahat yang bertobat untuk masuk bersama-Nya ke dalam Firdaus. Kita semua tahu, bahwa firdaus adalah tempat hunian pertama dari manusia. Tetapi, Dosa telah membuat Adam dan Hawa diusir dari taman itu. Puji Tuhan, berkat belas kasih Kristus Sang Raja dan pertobatan dari pihak manusia, manusia yang bertobat itu diajak oleh Kristus untuk kembali memasuki Firdaus.

Yesus tidak kehilangan kuasanya sebagai raja, saat disalibkan. Dia secara konsisten mewartakan, siapa diri-Nya dan dari mana Dia berasal. Perkataan penjahat yang bertobat, “Yesus, ingatlah akan daku, apabila Engkau datang sebagai Raja”, juga menjadi doa kita hari ini. Yesus, ingatlah akan daku.

Pertanyaan selanjutnya, Apakah kita punya peluang untuk tidak dikenali Yesus? Iya, kalau kita tetap tinggal dalam kejahatan, dan tidak mau bertobat. Dalam Injil Lukas 13:27, Yesus pernah berkata, “Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyalah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan.” Itulah saat paling menyedihkan, kalau Tuhan tidak mengenal Anda dan saya, karena kita tidak mau bertobat.

Perlu kita ketahui bahwa Tuhan tidak pernah bersikap diskriminatif. Firdaus untuk semua orang, kalau Anda dan saya  bertobat. Siapa pun yang hendak mengikuti perjamuan surgawi dalam kerajaan Kristus mesti  menggunakan “Pakaian Pesta” (Matius 22:1-14). Dan pakaian pesta yang dimaksudkan Yesus adalah kasih. “Ketika Raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta…”. Selanjutnya kepada orang yang tidak berpakaian pesta, Raja itu memerintahkan hamba-hambanya, “ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

Sebagai umat Katolik, kita pasti bersukacita dengan perayaan hari ini. Tetapi, ingatlah akan satu hal ini, kalau Kristus adalah raja kita, maka kita adalah rakyat dari raja yang tersalib. Raja yang mengasihi kita dengan pengampunan. Bersama penjahat yang bertobat, Marilah kita berdoa, “Yesus, ingatlah akan daku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”

 

Tuhan memberkati kita semua

 

 

Oleh : RD. Risno Maden

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print