Bacaan-bacaan Minggu Biasa XXXII Tahun C:
Bacaan I: 2 Makabe 7:1-2.9-14
Bacaan II: 2 Tesalonika 2:16-3:5
Bacaan Injil Lukas 20:27-38
Katekismus Gereja Katolik No. 366, mengajarkan bahwa, “setiap jiwa rohani langsung diciptakan Allah, ia tidak dihasilkan oleh orangtua, dan bahwa ia tidak dapat mati: ia tidak binasa, dan apabila pada saat kematian, ia berpisah dari badan, dan ia akan bersatu lagi dengan badan baru pada hari kebangkitan.” Itu berarti, Anda dan saya diciptakan Allah bukan sekadar untuk hidup sementara, setelah itu lenyap. Tetapi kita diciptakan Allah untuk hidup yang kekal.
Keyakinan ini digambarkan secara tegas oleh anak kedua dalam Bacaan I hari ini dari Kitab Makabe, dia mengatakan, “Raja semesta alam akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal.” Atau dalam Injil hari ini, Yesus menegaskan bahwa Allah yang kita imani bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kehidupan Abraham, Ishak, dan Yakub, tidak berhenti di makam, tetapi mengalami kehidupan kekal bersama Allah. Itulah yang mau dijelaskan Yesus tentang nas semak duri dalam Keluaran 3:6.
Persis di sinilah letak kegagalan Orang Saduki untuk memahami isi Kitab Musa yang mereka akui dengan bangga, yaitu Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Mereka menganggap ajaran tentang kebangkitan hanya sebuah ajaran yang tidak sesuai dengan Taurat Musa. Atas dasar anggapan inilah, mereka menyodorkan praktik perkawinan levirat kepada Yesus dengan pertanyaan yang mau mempermalukan Yesus di muka umum.
Perkawinan Levirat ini tertulis dalam salah satu Taurat Musa, yaitu dalam kitab Ulangan 25:5-6. Dalam kitab ini tertulis begini,
“Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar.”
Lanjut pada ayat 6, “Maka anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel.”
Kaum Saduki menggunakan kebiasaan perkawinan levirat ini dengan sebuah contoh tentang seorang janda yang dinikahi tujuh bersaudara. Pertanyaan mereka adalah pada hari kebangkitan, siapa yang menjadi suami dari wanita itu? Walaupun orang Saduki mengklaim diri sebagai orang yang menguasai lima Kitab Taurat, mereka sebenarnya telah sesat dalam penafsirannya sendiri.
Dalam Injil Markus 12: 24-25, Yesus mengatakan kepada orang Saduki, “Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan, melainkan hidup seperti malaikat di surga.”
Pertanyaannya, seperti apa kehidupan para malaikat itu? Perlu kita ketahui bahwa malaikat itu makhluk rohani murni yang memiliki akal budi dan kehendak, memiliki wujud pribadi tetapi tanpa badan, dan tidak dapat mati.
Karena para malaikat tak berbadan, maka manusia yang telah mengalami kebangkitan juga tidak dapat kawin dan dikawinkan. Para malaikat juga disebut pelayan dan pesuruh Allah, karena kata Yesus dalam Matius 18:10, mereka selalu memandang wajah Bapa-Ku yang ada di surga” dan menurut pemazmur, para malaikat melaksanakan firman Allah dengan mendengarkan suara firman Allah” (Mzm 103:20).
Karena para malaikat berfokus diri pada Allah, maka cinta yang bersikap eksklusif, seperti cinta yang terbatas pada ralasi suami-istri, orangtua dan anak, tidak ada lagi. Memang untuk sampai pada kehidupan kekal, tidak serta merta berjalan secara otomatis bagi Anda dan saya. Tuhan menuntut kita untuk menggunakan “pakaian pesta” yaitu kasih, untuk dapat diterima dalam kebahagiaan kekal. Bahkan, kita diundang untuk mencontohi kehidupan para malaikat yang hanya menjadi hamba Allah, bukan menjadi hamba mamon; yang hanya mewartakan firman Tuhan, bukan menabur fitnah dan kebencian yang berasal dari si Jahat.
Rasul Paulus, dalam bacaan II pada hari ini, memberikan kita optimisme dalam iman, bahwa Tuhan itu setia. Ia akan menguatkan hati kita dan akan memelihara kita terhadap yang jahat.
Tuhan memberkati kita semua.