Bacaan:
Kis. 6:8-15
Yoh. 6:22-29
Dalam bacaan hari ini dikisahkan perihal kesulitan yang dialami Stefanus. Hal ini nampak tatkala Stefanus, seorang yang berbicara dalam nama Allah, menerima fitnah dari kelompok jemaat Yahudi. Mereka menuduhnya seolah-olah Stefanus menghujat Allah. Bahkan tak tangung-tanggung, atas dasa itu mereka juga mengadakan suatu gerakan untuk menyergap dan menyerahkan ia ke hadapan Mahkamah Agama (Kis. 6:11-12).
Sudah tentu situasi yang dialami Stefanus hendak memberi gambaran bahwa tidak selamanya kebenaran dan kebaikan dapat diterima begitu saja di kepala tiap orang. Justru dalam mengabarkan sukacita dan hal-hal yang berguna, kita malah dihantam dengki, iri hati, dan rasa cemburu. Kita dicambuk dengan kecurigaan. Kita dihantam badai makian. Kita digerogoti kata-kata yang memiluhkan. Hingga kita semakin sadar ternyata dalam perjalanan mengabarkan yang benar, kita bisa saja diselimuti badai dan kesulitan.
Lalu mengapa kebenaran selalu diuji dengan hal-hal yang sulit? Mengapa mesti lahir orang yang iri hati, dendam, dan benci terhadap orang yang berbuat baik? Itu karena kualitas diri dan isi kepala tiap orang berbeda. Orang yang memiliki hati murni pasti dengan sendiri menyadari ‘jikalau yang dibuat orang lain adalah sebuah tindakan yang baik dan benar”. Pun orang yang isi kepalanya ‘sejalan’ pasti dengan mudah memahami bahwa niat seseorang adalah sebentuk usaha yang tulus dan murni. Sehingga inilah alasan mengapa ‘dunia’ ditakdirkan untuk tidak sejalan. Sebab memang isi kepala kita berbeda. Pun mengapa iri hati dan cemburu selalu menghantui kita, karena belum tentu tiap orang memiliki hati yang murni dan tulus.
Karena itu, melalui bacaan hari ini, Tuhan meminta kita untuk menempatkan pikiran dan hati pada taraf yang murni. Jauhkanlah iri hati, singkirkanlah rasa benci. Mari kita bergandeng tangan, bahu membahu menyebar hal-hal baik dan kebenaran dalam hidup. Sebab ingat jika tidak demikian, dunia dapat hancur karena ulah orang-orang yang miskin hati murni dan surplus rasa benci.