Renungan Harian Katolik: “Jangan Mudah Terhanyut dengan Masa Lalu”

advanced divider

Bacaan I                     : Keb. 2:1a, 12-22

Injil                             :Yohanes 7:1-2, 10, 25-30

 

Injil hari berbicara perihal pertentangan mengenai asal Yesus. Dalam kisah injil hari ini, ada sebuah hal menarik yang terjadi tatkala beberapa orang Yerusalem justru ragu dan mencela Yesus Kristus. Mereka menyoalkan Kemahakuasaan Yesus. Mereka ragu dan menyudutkan Yesus sebab bagaimana mungkin seorang yang mereka kenal lantas memaklumkan diriNya sebagai Kristus penyelamat. Alhasil, mereka katakan demikian: “Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya” (Yoh. 7:27).

Dalam hidup, kita kerap sama seperti orang-orang Yerusalem yang mudah ragu dan suka mencela. Kita kerap menyudutkan orang-orang terdekat kalau-kalau mereka bertindak baik di hadapan mata kita. Kita mudah  meremehkan dan bahkan mencela sesama yang berniat untuk berubah dan menunjukkan keramahtamahan di hadapan kita. Di hadapan orang-orang terdekat, kita malahan menyudutkan sembari berkomentar “bagaimana mungkin seorang yang dulunya kocak dan onar, lantas berubah sikap menjadi orang alim seperti ini”.

Tentu kita menjadi seperti ini, sebab kita cenderung terpaku pada pengetahuan kita tentang orang tersebut di masa lalu. Seperti halnya orang-orang Yerusalem yang mencela Kemahakuasaan Yesus sebab mereka tahu dari mana Ia berasal, demikian pula kita dengan mudah meragukan dan bahkan menghujat sesama yang berubah dan bertindak baik sebab kita masih terpaku melihat kejadian di waktu lampau, tanpa pernah yakin bahwa manusia senantiasa dapat berubah dan dapat berbuat baik dalam proses hidupnya.

Karena itu, melalui Injil hari ini kita kembali diingatkan agar kita tidak boleh menilai dan menghakimi sesama oleh karena suatu kejadian tertentu di waktu lampau. Kita sesungguhnya diajak untuk selalu merangkul sesama, menghargai setiap tindakan dan niat baik dari orang-orang terdekat kita. Kalau pun kita tahu seperti apa dirinya di masa lalu dan bagaimana kehidupan sesama kita di waktu lampau, maka semestinya kita harus mampu menerima seluruh perubahan dan niat baik sesama kita di waktu sekarang. Karena itu. jangan mudah terhanyut di masa lampau dan lihatlah sesama dalam kejadian sekarang. Yakinlah, seburuk apa pun sesama di masa lalu, kelak ia akan mampu menjadi tulus dalam kejadian-kejadian hidupnya, amin.

 

Oleh : Fr. Ican Pryatno

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print