Renungan Harian Katolik: Dekat untuk Tinggal atau Sekadar Singgah?

advanced divider

Bacaan:

Kis. 15:7-21

Yoh. 15:9-11

Dalam keseharian, kita seringkali mendengar dua kata ini: tinggal dan singgah. Tinggal selalu berarti menetap, tidak berkelana kian kemari. Sehingga orang yang tinggal di suatu tempat atau dalam situasi tertentu akan hidup dan berdiam di situ dengan kurun waktu yang lama. Tidak seperti definisi ‘tinggal’, kata singgah justru memiliki pengertian lain. Singgah berarti hanya sebatas mampir, tidak tinggal tetap. Sehingga, orang yang singgah hanya berhenti sejenak di suatu tempat, selepas itu ia berkelana; mencari suaka di tempat lain.

****

Dalam Injil hari ini, Tuhan juga mengucapkan kata tinggal. Sewaktu menyampaikan amanatNya kepada para murid-Nya, Yesus katakan demikian:

 “Seperti Bapa mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggalah di dalam kasih-Ku itu” (Yoh. 15:10).

Seyogianya, ‘tinggallah di dalam kasih-Ku’ adalah seruan Yesus agar kita tetap hidup dan berdiam di dalam kasihNya sampai kapanpun. Kata ‘tinggalah’ dipakai Yesus agar kita menetap abadi di dalam diriNya. Ia mau supaya kita tidak berkelana, mencari ‘yang lain’ sebagai payung berteduh. Malahan, sampai kapanpun, Ia mau agar kita selalu berdiam dan berakar di dalam kasihNya.

Lalu, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita tinggal di dalam kasih Tuhan? Apakah kedekatan kita dengan Tuhan lahir dari ketulusan hati untuk tinggal di dalam kasihNya? Sebab, sudah sering terjadi bahwa kita dekat dengan Tuhan bukan karena ingin tinggal tetap, tetapi sekadar untuk kita singgah. Kita sering mencari Tuhan, saat kita dihantam susah, sementara di waktu senang kita lupa akan namaNya. Pun kita kita gemar berteriak nama Tuhan saat kita dikoyak badai, sementara saat ‘damai’ dan bersukacita kita lupa bersyukur padaNya. Ini adalah situasi iman kita: menjadikan Tuhan hanya sekadar tempat singgah. Ia dianggap sebagai persinggahan, sebab kita sering menjadikan Tuhan sekadar ‘Suaka’ di kala susah, sementara saat nyaman, hati kita tergodah untuk ‘meninggalkan’Nya.

Maka melalui injil hari ini, Tuhan meminta kita untuk tidak lagi menjadikan Tuhan sebagai alasan untuk singgah, tetapi untuk tinggal. Mari tinggalah selalu di dalam kasih Tuhan. Jangan jadikan Tuhan hanya sekadar persinggahan, namun hiduplah abadi di dalam kasihNya. Ingatlah, kasih Tuhan tidak mengenal tapal batas, sehingga kita mesti mencintaiNya setiap saat, amin.

Oleh : Fr. Ican Pryatno

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print