Bacaan:
Kis. 5:34-42
Yoh. 6:1-15
Dalam injil hari ini, Yohanes mengisahkan perihal bagaimana Yesus meminta para Rasul untuk memberikan makan kepada banyak orang. Namun, para Rasul tampak ragu. Mereka tampak pesimis. Sebab bagaimana mungkin mereka dapat memberikan makan kepada banyak orang, sementara persediaan mereka sangatlah terbatas. Alhasil, Andreas, salah seorang murid Yesus, berkata: “Di sini ada seorang anak, yang membawa lima roti jelai dan mempunyai dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” (bdk. Yoh. 6:9).
Namun, di hadapan keraguan para Rasul, Yesus tampak tidak takut. Malahan Ia melakukan mujizat dengan memperbanyak lima roti dan dua ikan. Sehingga dengan itu, orang banyak pun dapat makan.
Sesungguhnya kisah injil hari ini hendak mengemukakan perbedaan cara pandang manusia dan Allah. Cara manusia melihat sesuatu sesungguhnya terbatas, sementara cara Allah memandang hal di sekitar sesungguhnya dashyat. Sehingga demikian, pandangan manusia tentang sesuatu penuh dengan keraguan, pesimisme, dan bahkan ketakutan. Alhasil, risikonya jelas: bahwa manusia pun mudah menilai bahwa hidupnya tidak bernilai apa-apa. Ia melihat seolah-olah kehidupan dia di dunia ini tidaklah berguna sama sekali. Lain halnya dengan ini, cara Allah melihat sesuatu sesungguhnya penuh dengan ketakjuban. Ia dapat mengubah banyak hal. Sebab bagi Allah segala sesuatu dapat terjadi.
Patut diakui kadangkala kita mudah terjebak dalam cara pandang manusia. Sehingga dengan itu, kita mudah tergoda untuk berpikir bahwa bagaimana mungkin saya bisa melakukan sesuatu yang hebat, sementara saya ini tidak memiliki apa-apa. Bagaimana mungkin saya dapat melakukan sesuatu yang dahsyat, sementara saya penuh dengan kekurangan. Ini adalah kaca mata manusia: suatu cara pandang yang penuh dengan keraguan dan rasa ketidakberdayaan.
Karena itu, Tuhan hari ini mengajak kita agar jangan terbuai dengan cara pandang manusia. Mari hiduplah dalam cara pandang Allah. Sebab Tuhan pandai membuat hal-hal takjub dalam kejadian hidup kita, amin.