Bacaan:
Kis. 15:1-6
Yoh. 15:1-8
Hari ini penginjil Yohanes mengisahkan amanat perpisahan Yesus dengan murid-muridNya. Dalam amanatNya, Yesus menegaskan demikian:
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya, dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya supaya berbuah lebih banyak” (Yoh. 15:1-2).
Pohon selalu berbuah dalam kesunyian. Ia tidak pernah menunjukkan di tengah keramaian, jikalau dirinya sedang menumbuh dan berbuah lebat. Malahan ia menjarak dari banyak orang. Ia ingin sendiri. Ia mau berbuah dalam rasa sunyi.
Sehingga, untuk kita, rahasia kekudusan orang Katolik pertama-tama tidak terletak pada kesibukan. Juga ia tidak berangkat dari kegiatan harian. Sebab seperti halnya pohon yang berbuah dalam rasa sunyi, demikianlah keutamaan iman dan rahasia kekudusan kita sesungguhnya terletak pada kesunyian. Dalam rasa sunyi, kita berkutat dengan keheningan batin. Pun dalam tanda hening, kita mendekatkan diri pada Allah melalui refleksi, kontemplasi, dan doa pribadi.
Sehingga, dari keheningan batin yang menyatu dengan Tuhan, kita akan membuahkan hal-hal baik dalam hidup. Pun dalam rasa sunyi dan keheningan kudus, kita mampu mengamalkan tindakan kasih dan memwartakan kata-kata yang meneguhkan sesama. Sehingga seperti halnya ranting dan buah yang menyatu dengan pokok Anggur, demikian inilah keutamaan orang Katolik: berbuah dalam rasa sunyi dan keheningan Kudus.
Selama ini kita barang tentu terhanyut dengan kesibukan. Pun kita seringkali menjadikan kegiatan sehari-hari sebagai ‘pelarian diri’. Namun, apakah kita dapat puas dengan keadaan diri? Apakah jiwa dan keadaan diri kita yang kosong dapat dipenuhi di dalam rutinitas dan kesibukan sehari-hari? Jika tidak, mari beralih langkah. Berjalanlah dalam rasa sunyi. Temukan Allah dalam diam. Sebab, hati yang rapuh dapat tertolong dalam tanda damai dan kesunyian diri, amin.