Renungan Harian Katolik: Belajar Memiliki Iman Sebesar Biji Sesawi Dari Abraham dan Maria

advanced divider

Bacaan Minggu Biasa XXVII Tahun C:

Bacaan I: Habakuk 1:2-3;2:2-4

Bacaan II:  2 Timotius 1:6-8.13-14

Injil Lukas 17:5-10

 

Kalau setiap kita merenungkan seberapa besar iman kita, kita pasti sampai pada suatu titik pengakuan yang jujur, bahwa iman kita sangatlah kecil, bahkan jauh lebih kecil dari Biji Sesawi. Berangkat dari kesadaran ini, kita sering kali memohon kepada Tuhan seperti yang diminta oleh para Rasul, “Tuhan tambahkanlah Iman kami.”

Lalu bagaimana tanggapan  Tuhan? Bagi Tuhan Yesus, iman itu bukan soal kuantitas. Bukan soal sedikit atau banyak. Bukan soal sesuatu yang kurang, yang mesti ditambahkan lagi dan lagi. Tetapi, iman itu soal kualitas, sejauh mana iman yang kecil itu berakar, bertunas, bertumbuh, dan bermanfaat seperti biji sesawi. Dan Yesus memberikan jaminan, bahwa iman yang bertumbuh kuat, tidak pernah kalah dalam menghadapi aneka tantangan. Iman yang bertumbuh kuat, tidak pernah kalah menghadapi aneka masalah yang berusaha tumbuh juga dalam hidup kita. Bahkan iman yang bertumbuh kuat dan bermanfaat, dapat mengangkat penghalang iman sampai ke akar-akarnya, ibarat pohon yang tercabut lalu dibuang ke laut.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagimana caranya agar iman yang kecil itu dapat bertumbuh semakin kuat dan bermanfaat? Dalam Injil hari ini, Yesus memberikan petunjuk, bahwa iman akan bertumbuh dalam relasi Allah sebagai Tuan dan kita sebagai Hamba. Itu berarti aspek terpenting dalam beriman bukan sekadar bahwa kita percaya akan Allah Tritunggal Mahakudus, tetapi ketaatan yang total pada kehendak Allah. Dan pemenuhan kehendak Tuhan merupakan sumber sukacita kita. Bukan pengakuan orang lain.

Memang dalam keseharian hidup, kita selalu tergoda untuk mendulang pujian sesama, dari aneka ekspresi iman yang kita lakukan setiap hari. Kita seringkali merasa kurang hati, kalau setelah menanggung koor, misalnya, lupa diucapkan terima kasih. Kita terkadang merasa kurang hati, kalau tidak disapa secara khusus, padahal kita sudah banyak berkorban. Ingat, kebahagian seorang beriman terletak pada pemenuhan kehendak Tuhan.

Kita dapat belajar bagaimana bertumbuh dalam iman dari 2 tokoh hebat berikut ini: Abraham sebagai Bapa dalam hal beriman dan Maria sebagai Ibu dalam hal beriman. Pertama, Abraham. Ketika Tuhan meminta Abraham yang berusia 75 tahun untuk meninggalkan semua yang dimilikinya dan melakukan perjalanan ke negeri yang jauh, Abraham percaya kepada Tuhan dan melakukannya (Kejadian 12:1 dst). Tidak hanya itu, Abraham juga percaya kepada Tuhan ketika Tuhan berjanji bahwa dia dan Sarah di usia tua nanti memiliki seorang putra (Kej 15:5; Kej 18:1 dst). Lebih jauh lagi, Abraham percaya pada Tuhan bahkan ketika Allah memintanya untuk mengorbankan putranya, Ishak, tiga belas tahun kemudian (Kej 22:1 dst). Abraham sangat percaya kepada Tuhan, sehingga dia akan melakukan apa pun yang Tuhan minta.

Kedua, Bunda Maria. Maria sungguh memercayai firman Tuhan melalui malaikat Gabriel bahwa dia akan mengandung seorang anak tanpa suami dan anak itu adalah Anak Allah. Dia juga percaya pada Tuhan, ketika Simeon menubuatkan bahwa putranya, Mesias, akan menjadi “tanda yang menimbulkan perbantahan” dan suatu pedang akan menembus jiwa maria supaya menjadi nyata pikiran banyak orang (Luk 2:34-35). Dia percaya ketika dia melihat Putranya membawa kayu kurbannya ke atas gunung seperti yang pernah dilakukan Ishak dan di puncak Golgota tidak ada malaikat yang menahan tangan tentara Romawi yang memaku Putranya di Salib. Maria juga tetap percaya ketika dia memegang tubuh berdarah putranya di pangkuannya. Dia percaya bahwa Tuhan akan membawa kebaikan besar, bahkan keselamatan kita, dari semua kejahatan ini.

Kisah iman Abraham dan Maria memberi petunjuk kepada Anda dan saya tentang iman. Iman merupakan kepatuhan yang total kepada kehendak Allah. Pada titik itulah identitas kita sebagai hamba semakin jelas dan Tuhan sebagai tuan kita. Tentu iman kita tidak sekuat pertumbuhan iman Abraham dan Maria. Baiklah hari ini, kita berdoa kepada Tuhan, “Ya Tuhan, tumbuhkanlah iman kami, agar kami tetap rendah hati berdiri sebagai hamba yang setia.”

Tuhan memberkati kita semua.

Oleh : RD. Risno Maden

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print