Membersihkan Hati Berarti Merawat Sukacita

advanced divider

Saudara-saudari terkasih,

Sekurang-kurangnya ada 2 (dua) mata pada diri kita, yaitu mata kepala dan mata hati. Kerusakan paling parah pada mata kepala menyebabkan hilangnya penglihatan. Tetapi, kerusakan paling parah pada mata hati menyebabkan hilangnya sukacita.

Perlu kita ketahui bahwa sukacita tidak ditentukan pada kepemilikan kita atas apa pun, baik itu suasana, jabatan maupun harta. Sukacita selalu dalam konteks keintiman relasi kita dengan Allah (Bdk. Paus Paulus VI, dalam Anjuran Apostolik Gaudete in Domino yang dikeluarkan pada 9 Mei 1975).

Keintiman relasi dengan Allah dapat kita alami dalam doa dan Ekaristi. Yesus telah memberikan teladan merawat relasi tersebut. Dalam aneka kesibukan-Nya, Dia tetap merawat relasi yang intim dengan Bapa dalam doa.

Keteladanan ini membantu Anda dan saya untuk melihat tujuan akhir dari aneka kesibukan kita. Kita berjuang di bumi bukan sekadar untuk menetap di bumi, tetapi untuk kembali kepada Allah suatu saat nanti. Oleh sebab itu, selain kita peduli terhadap sesama, yang dalam kata-kata Yesus “mengeluarkan selumbar pada orang lain”, kita juga mesti peduli pada diri sendiri dengan realitas “balok” yang ada pada mata hati kita sendiri. Artinya, perbuatan baik terhadap sesama, hanya dapat mendatangkan sukacita jika berlandas pada sikap tobat, kembali pada keintiman relasi kasih dengan Allah.

Sebenarnya kebaikan lebih dari sekadar proyek atau program. Bukan juga sekadar menepati janji politik. Kebaikan itu soal kejujuran hati yang peduli terhadap sesama berkat relasi yang intim dengan Tuhan.

Tak ada kebaikan, tanpa sukacita. Atau hanya orang yang bersukacita yang dapat melakukan perbuatan baik. Kebaikan yang bukan bersumber dari sukacita hanyalah trik untuk mengelabui mata kepala orang lain.

Pada hari Rabu nanti, tanggal 5 Maret, kita akan menerima Abu. Sebuah ajakan untuk mengingatkan kita bahwa apa pun yang kita miliki suatu waktu akan berakhir, termasuk tubuh kita ini. Hanya satu yang tetap kita bawa ke hadapan Tuhan yaitu kebaikan yang bertumbuh dalam sukacita.

Dalam hidup ini, acapkali kita mengalami peristiwa kehilangan, entah itu barang berharga, pribadi yang kita kasihi, maupun kesempatan yang baik. Namun, satu hal yang tidak boleh hilang dari hidup kita adalah sukacita. Kehilangan sukacita berarti kehilangan relasi dengan Allah, kehilangan segala-galanya.

Mari kita membersihkan mata hati kita masing-masing sebagai langkah merawat sukacita.

Tuhan memberkati kita semua

————————————

Bacaan I: Sir 27:4-7

Mazmur Tanggapan: Mzm

92:2-3.13-14.15-16

Bacaan II: 1Kor 15:54-58

Bait Pengantar Injil: Flp 2:15-16

Bacaan Injil: Luk 6:39-45

Oleh : RD. Risno Maden

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print